Tampilkan postingan dengan label anak depresi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label anak depresi. Tampilkan semua postingan

Apakah Bayi Bisa Mengalami Depresi ? begini penjelasanya

trusbertumbuh

Kita mungkin berpikir bahwa bayi tidak pernah mengalami stres apalagi depresi. Banyak orang tua yang berpikir bahwa buah hatinya akan selalu baik-baik saja dan merasa bahagia. Namun ternyata, pemikiran ini salah. Studi menemukan jika anak-anak bahkan sejak masih bayi dan baru lahir, ia bisa mengalami depresi. 

Faktanya, studi menemukan jika bayi menunjukkan tanda-tanda mengalami kecemasan dan depresi. Para ahli menemukan jika ada keterkaitan atau konektivitas otak dengan rasa cemas, sedih dan malu pada bayi. 

Mengutip dari laman huffingtonpost.com, penelitian yang dipublikasikan di Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, tertulis jika depresi atau kecemasan pada bayi bisa berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Pengaruh ini akan terlihat saat ia anak-anak hingga dewasa.


Lingkungan Berpengaruh Pada Kesehatan Mental Anak

Para ahli juga menemukan jika kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh lingkungannya. Ini juga dipengaruhi oleh pengalamannya dalam hidup. Meski saat bayi seseorang sudah menunjukkan gejala depresi, gejala ini bisa hilang seiring dengan tumbuh kembangnya. Konektivitas otak dengan rasa cemas bisa berkurang seiring bertambahnya usia anak. Ini tergantung pada lingkungan dan pengalaman anak tersebut. 

“(Pola konektivitas otak) mungkin bisa mengindikasi koneksi pada beberapa bagian otak anak. Hal ini bisa memprediksi hubungan gejala masalah sosialnya di masa depan. Namun, pengalaman dan lingkungan saat anak tumbuh dan berkembang juga bisa mengubah konektivitas tersebut. Apakah gejala akan berkurang atau bertambah. Apakah itu mengurangi atau menambah potensi masalah mentalnya di masa depan.” Ungkap Cynthia Rogers, psikiater asal Washington University, Amerika Serikat.


Peran Orang Tua Sangat Penting dalam Membentuk Mental Anak

Peran orang tua sangatlah penting dalam membentuk mental anak. Sikap dan perilaku orang tua juga bisa membuat anak makin bahagia atau sebaliknya. Hal ini mengingat jika orang tua adalah lingkungan dan guru pertama bagi anak-anak. 

Para ahli menyarankan agar orang tua memberikan kebahagiaan penuh pada anak. Memberikan kebahagiaan ini sendiri bisa dilakukan dengan banyak cara. Namun yang terpenting, kebersamaan dan kedekatan orang tua dengan anak harus baik. Penelitian menemukan jika anak-anak yang dekat dengan orang tuanya lebih mungkin bahagia, merasa aman dan nyaman dalam menjalani hidup. Kebersamaan yang baik bersama orang tua juga memungkinkan anak memiliki kemampuan berpikir yang lebih baik serta bijak. 


Semoga informasi ini bermanfaat.

Baiknya, orangtua tidak memarahi anak saat belajar, mengapa? banyak dampak negatifnya | trusbertumbuh

trusbertumbuh


Baiknya, orangtua tidak memarahi anak saat belajar, mengapa? banyak dampak negatifnya

Seiring dengan bertambahnya usia anak, tidak jarang ia menjadi lebih sulit untuk dinasehati. Anak yang sudah masuk usia sekolah juga rentan menolak jika disuruh belajar. Tidak sedikit anak yang sangat malas untuk belajar karena baginya, belajar adalah aktivitas yang cukup membuat pusing. Bagi beberapa anak, belajar adalah aktivitas yang sangat dibencinya. 

Saat mendapati anak malas belajar, setiap orang tua pasti akan merasa sedih, jengkel dan kecewa ke anak. Apalagi karena anak malas belajar ini, anak jauh tertinggal dari kawan-kawannya di sekolah. Anak pun dinilai kurang pintar dan kurang membanggakan. Tidak jarang orang tua akhirnya memarahi anak, bahkan saat anak sedang belajar. Padahal nih Mom, memarahi anak saat ia belajar bisa berdampak buruk buat tumbuh kembangnya ke depan. 

Mengutip dari laman parents.com, ada beberapa dampak negatif yang dialami anak saat ia sering dimarahi ketika belajar. Apa saja?


Anak Penakut dan Kinerja Otak Menurun

Dampak negatif pertama ketika anak dimarahi saat belajar adalah anak menjadi penakut. Anak pun rentan mengalami penurunan kinerja otak sehingga membuatnya makin sulit menerima pelajaran atau informasi. Saat anak dimarahi atau dibentak, hormon kortisol yang diproduksi meningkat. Padahal hormon ini bisa merusak sel neuron di otak.


Anak Rentan Stres hingga Depresi

Anak yang sering dimarahi saat belajar juga rentan stres atau depresi. Meski pada awalnya anak menjadi lebih patuh dan penurut, anak yang sering dimarahi rentan stres, tertekan hingga depresi. Ini yang kemudian membuat tumbuh kembang anak jadi lebih buruk ke depannya. Penelitian menemukan jika anak yang sering dimarahi akan memiliki kesehatan mental yang cukup terganggu ke depannya. 


Hubungan Anak dan Orang Tua Jadi Lebih Buruk

Dampak negatif selanjutnya adalah hubungan anak dengan orang tua rentan jadi buruk. Anak yang sering dimarahi merasa kurang mendapat kasih sayang. Anak ini juga merasa bahwa kehadirannya tak begitu dibutuhkan oleh orang tuanya. Anak pun akan merasa takut dan kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya sendiri. Perasaan ini bahkan akan terus menghantui anak hingga ia dewasa kelak.


Anak Rentan Menjadi Orang Pemarah dan Keras Kepala

Anak yang sering dimarahi rentan menjadi orang yang pemarah dan keras kepala. Anak yang sering dimarahi, dibentak dan dirawat dengan keras, akan tumbuh serta berkembang menjadi pribadi yang keras pula. Usia anak-anak adalah usia di mana ia akan mencontoh segala yang dilakukan orang tua termasuk sikap pemarah orang tua. 

Itulah beberapa dampak negatif sering memarahi anak saat belajar maupun saat-saat lain setiap harinya. Yuk Mom, rawat buah hati dengan lebih sabar, bijak dan penuh kasih sayang untuk membentuk pribadinya yang juga penyayang. Semoga informasi ini bermanfaat.